Nama : Ashfiyatul Amaliyah
NIM : 16030234049
Kelas : Kimia-A 2016
Tugas Kepustakaan Kimia ( pembuatan daftar pustaka dari Microsoft Office Word tipe Huruf)
PROSES SILASE PADA JERAMI
Pertanian adalah kegiatan
pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan
pangan, bahan baku industri atau sumber energi. Pertanian memegang peranan
penting dalam kelangsungan hidup manusia. Indonesia memiliki kekayaan sumber
daya alam yang melimpah, sehingga tidak memungkingkan banyak penduduk indonesia
melanjudkan kehidupannya dengan bertani. Menurut hasil sensus pertanian 2013,
jumlah rumah tangga usaha pertanian pangan sebesar 16.937.617 penduduk. Dengan
jumlah rumah tangga usaha pertanian sebesar itu mengakibatkan menumpuknya limbah yang dihasilkan dari hasil pertanian.
Limbah pertanian dapat dibedakan
atas dua golongan pokok, yaitu limbah pertanian pasca panen dan limbah
pertanian sisa industri pengolahan hasil pertanian, limbah tanaman pertanian
pasca panen adalah bagian tanaman diatas tanah atau pucuknya yang tersisa
setelah dipanen atau diambil hasil utamanya, sedangkan yang dimaksud limah
pertanian sisa industri pengolahan hasil pertanian adalah sisa dari pengolahan
bermacam-macam hasil utama pertanian (Soejono, 1995). Banyaknya hasil
panen pertanian menyebabkan para petani memanfaatkan hasil panen pertanian
sebagai bahan pangan peternakan. Sumber pakan utama ternak ruminansial adalah tanaman hijauan atau
berklorofil. Pakan hijauan paling banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan
ternak. Salah satu sumber pakan ternak dari pertanian adalah jerami padi dan
jerami jagung.
Jerami merupakan sisa hasil
pertanian dengan bagian vegetatif berupa batang, daun, dan tangki. Jerami padi
merupakan limbah pertanian terbesar di Indonesia dengan ketersediaan sebesar 55
juta ton pertahun, dengan presentasi sebagai berikut : 31,27% (17,2 juta ton) daerah
Jawa Timur; 23,79% (13,08 juta ton) daerah Jawa Tengah; 15,19% (8,35 juta ton)
daerah Jawa Barat, 10,1% (5,55 juta ton) daerah Sulawesi Selatan, dan 4,6%
(2,53 juta ton) daerah Nusa Tenggara Barat (Syamsu, 2006). Sedangakn jerami
jagunng merupakan bagian batang dan daun yang telah dibiarkan mengering
diladang dan dipanen ketika tongkol jagung dipetik (Mariyono, Umiyasih, Anggraeny, & Zulbardi, 2004). Berdasarkan
perkiraan badan pusat statistika,hasil samping jerami pada produksi jagung
tahun 2012 sebanyak 6.372,451 ton. Kandungan terbesar dari jerami padi dan
jerami jagung adalah serat kasar dan lignin. Pada jerami padi kadar serat
kasarnya tinggi, sehingga kecernaannya mencapai 37% dan mengandung 79% dinding
sel berdasarkan berat kering. Dari 79% berat kering inti terdiiri dari 26% hemi
suslulosa, 33% selulosa, 7% ligan, dan silika 13% (Syamsu, 2006). Preston (2005)
menyatakan komposisi kimiawi jerami padi IR 64 adalah bahan kering 91,29%,
protein kasar 4,10%, serat kasar 33,35%, lemak kasar 3,88%, abu 21,35% dan
bahan organik 69,94% (Preston, 2005). Sedangkan pada Jerami jagung
mengandung serat kasar yang tinggi yakni 33,5% dan lignin sebesar 12,8%.
Ketersediaan jerami padi maupun jerami
jagung yang cukup melimpah merupakan peluang besar untuk dimanfaatkan sebagai
pakan dan sumber energi bagi ternak ruminansial. Namum kandungan serat kasar
yang tinggi berbanding terbalik dengan protein kasar, sehingga menurukan
tingkat kecernaan. Maynard et al. (1979) menyatakan bahwa lignin yang terdapat
pada dinding sel merupakan penghalan bagi kerja enzim yang mencerna selulosa
dan hemiselulosa (Maynard, Loosli, Hintz, & Warner, 1979). Karakteristik
jerami adalah tingginya kandungan serat yang tidak dapat dicerna karena
lignifikasi selulosa yang tinggi sehingga kecernaannya juga menurun (Nisa, Sarwar, & Khan, 2004). Pemanfaatan jerami
padi sebagai pakan memiliki pembatas, yaitu tingginya serat kasar dan rendahnya
kandungan nitrogen (Antonius, 2009). Kecernaam pakan dipengaruhi oleh
komposisi pakan, jumlah pakan yang diberikan, bentuk pakan dan kandungan serat
kasar pada pangan yang diberikan pada ternak (Tillman, Hartadi, Reksohadiprodjo, Prawirokusumo, & Lebdosoekojo,
1998).
Oleh karena itu upaya untuk meningkatkan kualitas jerami untuk pakan ternak
perlu dilakukan, salah satunya adalah teknik silase.
Silase adalah pakan yang diawetkan
yang diproses dari bahan berupa tanaman hijauan, limbah industri pertanian dan
bahan baku alam lainnya dengan kadar air pada tingkat tertentu kemudian
dimasukkan dalam sebuah tempat yang tertutup rapat kedap udara (silo). Silase
dengan mutu baik diperoleh dengan menekan berbagai aktivitas enzim yang tidak
dikehendaki, serta mendorong berkembangnya bakteri asam laktat yang sudah ada
pada bahan (Schroeder, 2004). Sel-sel tanaman untuk sementara waktu
akan terus hidup dan mempergunakan O2 yang ada didalam silo. Bila O2
telah habis terpakai, terjadi keadaan anaerob didalam tempat penyimpanan yang
tidak memungkinkan bagi tumbuhnya jamur/cendawan. Bakteri pembentukan asam akan
berkembang dengan pesat dan akan merubah gula dalam hijauan menjadi asam-asam
organik seperti asam asesta, asam susu dan juga alkohol. Dengan meningkatnya
derajat keasaman, kegiatan bakteri-bakteri lainnya seperti bakteri pembusuk
akan terhambat. Pada derajat keasaman tertentu (ph = 3,5) bakteri asam laktat
tidak pula dapat bereaksi lagi dan proses pembuatan silase telah selesai (Ahlgren, 1956).
Ada tiga faktor yang berpengaruh
dalam pembuatan silase. Faktor pertama adalah hijauan yang cocok dibuat silase
antara lain rumput, tanaman tebu, tongkol gandum, tongkol jagung, pucuk tegu,
batang nenas dan jerami padi. Kedua adalah penambahan zat aditif untuk
meningkatkan kualitas silase. Bahan adiktif yang dicampur dalam pakan ternak
biasaya dalam jumlah sedikit. Penambahan mikroorganisme tunggal seperti Saccaharomyces cerevisiae ke dalam pakan
hanya sebanyak 1 g/ekor/hari untuk domba (Mardalena, 2000). Sedangkan penambahan mikroorganisme
campuran seperti probiotik atau starbio yang berbentuk serbuk lebih banyak dari
penambahan mikroorganisme tunggal, yaitu sekitar 0,5 sampai 1,0% dari
konsentrasi (Yusriadi, 1999). Dan yang terakhir adalah kadar air
yang tinggi berperan dalam pembuatan silase. Kadar air yang rendah menyebabkan
suhu menjadi lebih tinggi dan pada silo mempunyai resiko yang tinggi terhadap kebakaran
(Foundation, 1991).
Untuk mengetahui baik tidaknya
silase diperlukan kriteria tertentu, kriteria silase yang baik dapat dilihat
pada tabel berikut :
Kriteria
|
Baik Sekali
|
Baik
|
Sedang
|
Buruk
|
Jamur
|
Tidak ada
|
Sedikit
|
Lebih banyank
|
Banyak
|
Bau
PH
Kadar N-NH3
|
Asam
3,2 – 4,5
< 10%
|
Asam
4,2 – 4,5
10 – 15%
|
Kurang asa
4,5 – 4,8
< 20%
|
m Busuk
> 4,8
> 20%
|
Sumber : (Pertanian, 1980)
Pembuatan silase selain dapat meningkatkan zat gizi
hijauan pakan ternak, juga dapat meningkatkan daya simpan sehingga membantu
penyediaan pakan hijau pakan ternak
sepanjang tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Ahlgren, G. (1956). Forage Crops Second Edition. Perlakuan
Silase Dan Amoniasi Daun Kelapa Sawit Sebagai Bahan Baku Pakan Domba , 08.
Antonius. (2009).
Pemanfaatan Jerami Padi Fermentasi sebagai Substitusi Rumput Gajah dalam Ransum
Sapi. Proses Adopsi Teknologi Fermentasi Jerami Padi Sebagai Pakan Sapi
Potong Pada Peternakan Rakyat di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan ,
02.
Foundation, P. D.
(1991). Silage Technology. Perlakuan Silase Dan Amoniasi Daun Kelapa Sawit
Sebagai Bahan Baku Pakan Domba , 08.
Mardalena, R. (2000).
Saccharomyces cerevisiae Lokal Sebagai Alternatif Pengganti Probiotik Impor
Dalam Ransum Domba. Teknologi Pemanfaatan Mokroorganisme Dalam Pakan Untuk
Meningkatkan Produktivitas Ternak Ruminansia di Indonesia : Sebuah Review ,
174.
Mariyono, U., Umiyasih,
Y., Anggraeny, & Zulbardi, M. (2004). Pengaruh Substitusi Konsentrat
Komersial dengan Tumpi Jagung terhadap Perfoma Sapi PO Bunting Muda. Pengolahan
Dan Nilai Nutrisi Limbah Tanaman Jagung Sebagai Pakan Ternak Ruminansial ,
128.
Maynard, L., Loosli,
J., Hintz, H., & Warner, R. (1979). Animal Nutrition Seven Edition. Pengaruh
Molase Pada Amoniasi Jerami Padi Menggunakan Urea Terhadap Kecernaan Bahan
Kering Dan Bahan Organik In Vitro , 15.
Nisa, M., Sarwar, M.,
& Khan, M. (2004). Nutritive Value of Urea Treated Wheat Straw Ensiled with
or without corn Steep. Pengaruh Molases Pada Amoniasi Jerami Padi
Menggunakan Urea Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik In Vitro
, 15.
Pertanian, D. (1980).
Silase Sebagai Makanan Ternak. Perlakuan Silase Dan Amoniasi Daun Kelapa
Sawit Sebagai Bahan Baku Pakan Domba , 09.
Preston, l. (2005).
Feed Composition Tables. Potensi Jerami Padi Yang Didominasi Dan
DIfermentasi Menggunakan Bakteri Selulotik Terhadap Konsumsi Bahan Kering,
Kenaikan Berat Badan Dan Konversi Pakan Domba , 202.
Schroeder, J. (2004).
Silage Fermentation and Preservation . Kualitas Nutrisi Silase Pucuk Tebu
(Saccaharum officinarum) denga Penambahan Inkulan Effective Microorganisme-4
(EM-4) , 01-02.
Soejono, M. (1995).
Perubahan Struktur Dan Kecernaan Jerami Padi Akibat Perlakuan Urea Sebagai
Bahan Pakan Sapi Potong. Analisis Proksimat Amoniasi Jerami Padi Dengan
Penambahan Isi Rumen , 39.
Syamsu, J. (2006).
Kajian Penggunaan Starter Mikroba Dalam Fermentasi Jerami Padi Sebagai Sumber
Pangan Pada Peternakan Rakyat Di Sulawesi Tenggara. Prospek Dan Potensi
Pemanfaatan Lignoselulosa Jerami Padi Menjadi Kompos, Silase Dan Biogas Melalui
Fermentasi Mikroba , 52.
Syamsu, J. (2006).
Kajian Penggunaan Starter Mikroba Dalam Fermentasi Jerami Padi Sebagai Sumber
Pangan Pada Peternakan Rakyat Di Sulawesi Tenggara. Prospek Dan Potensi
Pemanfaatan Lignoselulosa Jerami Padi Menjad Kompos, Silase dan Biogas Melalui
Fermentasi Mikroba , 52.
Tillman, A., Hartadi,
H., Reksohadiprodjo, S., Prawirokusumo, S., & Lebdosoekojo, S. (1998). Ilmu
Makanan Ternak Dasar. Efisiensi dan Kecernaan Ransum Domba yang Diberikan
Silase Ransum Komlpit Eceneg Gondok Ditambahkan Starter Lactobacillus plantarum
, 111.
Yusriadi. (1999).
Karakteristik Karkas Domba Jantan Lokal yang Mendapat Probiotik dan By Pass
Protein dalam Pakan Selama Penggemukan. Teknologi Pemanfaatan Mokroorganisme
Dalam Pakan Untuk Meningkatkan Produktivitas Ternak Ruminansia di Indonesia :
Sebuah Review , 174.
Komentar
Posting Komentar